Sabtu, 07 Agustus 2010

Super Mom??


            Saya selalu terkesima dan takjub tiap kali melihat foto sosok selebriti wanita Hollywood yang ada di halaman majalah life style sedang menggendong atau menggandeng putra/putri kecilnya. Sebagian besar digambarkan di situ, sang ibu sedang mengenakan pakaian modis lengkap dengan kacamata hitam lebar, tas besar di bahu kanan, dan sang anak menggelayut di bahu sebelahnya. Terkadang mereka hanya berjalan berdua namun tak jarang lengkap dengan sang ayah yang juga dari kalangan selebriti. Pokoknya keren deh!! Dan selalu ada selipan kalimat : “She is super mom..”
            Super mom.., ya super mom..

~
            Belakangan ini saya merasa bahwa waktu untuk Alya terasa sangat mahal. Tidak ada yang berubah dengan jadwal jam kantor semua masih sama dan rasional, 9 jam/hari. Namun ini lebih pada respon Alya yang mulai beranjak besar dan sadar tentang keberadaan mamanya. Jika beberapa bulan yang lalu ia lebih konsen dengan Baby TV dan Telletubbies ketika mamanya berangkat kerja maka tidak dengan sekarang. Ia akan mengikuti hingga mobil saya keluar garasi dan menantikan pintu penumpang depan dibuka. Si manis ini rupanya ingin ikut ibunya bekerja. Sesekali jika waktu tidak terlalu mepet saya sempatkan untuk mengajaknya putar kompleks rumah, namun lain waktu saya harus acuhkan permintaannya itu. lalu apa yang terjadi? ia akan menangis, air matanya membasahi pipi gembilnya, matanya memerah, suaranya meronta. “Jangan nangis dong, Alya. Mama khan mau kerja cari uang buat beli susu sama biar Alya mandi bola lagi besok…”. Bujukan itu tak mempan, ia tetap menangis. Dan dalam perjalanan ke kantor, teguh saya luluh dan berujar dalam hati…”tega benar saya ini…”.
            Pulang kantor juga akan ada aksi susulan. Jika si Ita, baby sitter membuka pintu garasi maka tak lama kemudian Alya dengan langkah tunak-tunuk-nya akan mengikuti dari belakang. Ia akan memamerkan senyumnya dan tangannya akan memeluk kaki saya tanda ingin minta digendong. Namun ketika saya ajak masuk ke rumah, Ia menangis. Manis saya ini agaknya ingin diajak jalan-jalan. Mungkin ia bosan di rumah terus menerus sepanjang hari, dan kemudian berharap dapat hiburan meski sekedar dengan keliling naik mobil atau mampir ke Indomaret dekat rumah. Sekali saya turuti, namun lain waktu juga tidak.
            Ketika pagi memulai hari, saat Alya masih terlelap usai shubuh saya langsung online khan internet. Sekedar check email, facebook, YM dan menjenguk beberapa situs berita untuk tahu apa yang terbaru. Lalu tak lama ketika Alya terbangun, biasanya saya akan menyambutnya dengan kecupan di pipi dan berkata ”Good morning, cantik.. selamat pagi”. Butuh waktu beberapa menit untuk dia connect dengan sadar dan saya pun kembali konsen dengan internet. Tapi ketika ia mulai menyadari keberadaan saya dan meminta diajak main, saya  justru mengacuhkan atau menanggapi dengan konsentrasi sekenanya. Ah, saya malu sekali menulis pengakuan ini. Tapi saya ingin membuat pengakuan dosa kali ini.
            Maka inilah saya dan Alya.
~
            Pagi ini saya mengajak Alya ke mall. Kami singgah di tempat bermain anak karena memang ini tujuan utamanya. Ada fasilitas arena mandi bola dengan tarif Rp30.000/ jam. Saya tinggalkan alya dan baby sitternya di sana sementara saya dan ayahnya memilih untuk pergi ke toko buku. Sesampainya di toko buku, saya menuju ke bagian buku ibu dan anak. Sebuah buku  merah muda  menarik perhatian saya. Lupa saya judulnya, kalau tidak salah ; ”ayo bercerita..”. Saya buka sekilas halaman demi halaman. Buku itu secara garis besar menegaskan betapa pentingnya bercerita pada anak sebelum tidur termasuk meski anak usianya masih sangat kecil. Saya balik lagi halaman buku itu dan ada beberapa contoh cerita pengantar tidur. Entahlah, tiba-tiba saya terasa tertampar dengan isi buku di tangan saya. Bercerita sebelum tidur? Pernahkah saya melakukannya untuk Alya? Saya rasa iya, tapi sudah lama sekali dan saya hentikan kebiasaan itu karena saya pikir toh Alya belum tahu apa yang saya bicarakan. Tapi bukan itu masalahnya.. saya kemudian tersadar bahwa keegoisan kesibukan saya selama ini membuat melupakan sosok Alya yang seharusnya jadi bintang di hidup saya. Sudah berapa lama saya tak lagi meluangkan waktu berdua untuk ngobrol “serius” dan tak sekedar basa-basi padanya? Sudah berapa lama saya tidak mencurahkan 100% perhatian pada sosok malaikat kecil saya ini?
            Saya terlalu angkuh dan berpuas diri dengan merasa cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Saya dengan sombongnya sembunyi di balik kalimat : “mama pergi kerja cari uang buat Alya..” padahal saya terkadang lupa siapa itu sosok Alya dalam kehidupan hari-hari saya.
            Maka butuh waktu untuk menata hati atas perasaan bersalah yang saya sadari pagi ini. Sebuah buku cerita anak saya bawa pulang dalam kantong belanja dan saya ingin segera menyusul Alya di arena bermain. Menciumnya dan bilang maaf.. maaf yang sangat sungguh.

~
            Saya penuhi janji saya hari ini. Sengaja saya tak online kan internet di rumah hingga Alya terlelap. Selepas magrib, saya ajak dia jalan kaki puter kompleks rumah. Ia berjalan dengan riang dan berceloteh dengan bahasa yang ia tahu sendiri tapi tetap saya tanggapi seakan paham. Ia berjalan meninggalkan saya lalu menunggu mamanya menyusul. Sesekali ia di belakang lalu ketika saya bilang “dada Alya…ayo ke sini…”, dia berlari mengejar dan memeluk kaki saya. Tawanya bersahutan dengan tawa saya. Ia membaca ketulusan saya malam ini.
Sebuah cerita karangan saya tentang “putri mandi bola” menjadi pengantar tidurnya. Ia terlelap dalam senyum.
            Maka malam ini dan malam selanjutnya, saya akan berusaha bacakan cerita pengantar tidur untuknya. Untuk menebus hilangnya waktu kami yang seharusnya mutlak milik bintang mungil saya..
            Semoga seterusnya dan tak lagi saya ingkar…

~
            Ah Alya.., mama memang bukan super mom.. Tapi sayang.., mama akan lakukan yang terbaik untuk Alya,. Tiba-tiba malam ini saya teringat suatu hari di bulan Mei 2008, ketika pertama kali perut saya di USG. Sebuah titik berdetak tampak dalam layar monitor di ruang praktek dokter kandungan. ”Bu Ratna, selamat ya.. Ibu hamil..”. Tangan saya mengelus perut dan pipi saya basah air mata haru..

NB: saya menulis cerita ini saat Alya tidur..
[[end]]