Minggu, 29 November 2015

Balkon ..


suatu hari
kutunggu kau di balkon itu
dengan dua kursi
satu meja
dua cangkir kopi ..

suatu hari..
kutunggui kau di balkon itu
bacalah bukumu
yang bertumpuk tumpuk
aku sudi terbenam di lipatan halamannya
aku tak menganggu
janjiku seumur hidup adalah menemanimu..

suatu hari..
kutemani kau duduk di balkon itu
mendengarkan piringan hitammu
dari kursimu di sana kau berkisah tiap piringanmu yang punya kisah
aku mungkin tak akan sepenuhnya paham
aku tak akan pergi
janjiku di sisa waktuku adalah mendampingimu..

suatu hari..
kutunggu kau di balkon itu
tetap dengan dua kursi
satu meja
satu cangkir kopi
kau beranjak entah ke mana lagi
entah berapa lama lagi
aku tidak pergi
berkarib dulu dengan ngilu rindu ..

suatu hari..
kutunggu kau di balkon itu ..
dengan dua kursi
satu meja
dua cangkir kopi ..

menantimu kembali ..

Senin, 16 November 2015

Comblang Kopi ..

Aku mengaku padamu
Belasan puisi tentang kopi tuntas ku lukis
Tapi sebenarnya aku tak paham kopi
Aku tak tahu apa beda
Mochaccino
Cappuccino
Latte
Robusta
Kopi Aceh
Kopi Bali
Kapal Api

atau Nescafe

Bagiku kopi adalah kopi..
Ya cuma kopi..

Aku tak merendahkan derajatnya
Kopi bagiku adalah pertautan hati
Kopi adalah alasan agar aku bisa bertemu kamu
"Ngopi yuk.."

Kopi adalah alasan aku bisa berjalan
Menggenggam tanganmu
Sesekali mengamit lenganmu
Berjalan beriringan
Menselaraskan langkah
Menyandingkan hati 

Kita ke kedai kopi

Kopi harusnya dianugerahi surga
Karena ia adalah jembatan bersua
Bersuanya rindu
Bersuanya cinta
Bersuanya resah
Bersuanya kisah
Bersuanya sedih
Bersuanya bahagia
atau ..
Bersuanya malu-malu

Pada perangkai perilaku
bernama kopi
aku bisa menamati wajahmu
matamu dan kacamatamu
senyummu
lalu deretan gigimu yang rapi
ada gingsul di sebelah kiri

Dengan comblang kopi ..,
aku mencintai
pada every single thing ..
pada every single time ..

Sayangku ..,
Jadilah yang terakhir ..

kuseduhkan kopi
merayakan setiap pagi.. 






Senin, 09 November 2015

...

aku ..
suka saat kita berseteru
aku suka melihatmu cemburu
lalu marah dan resahmu bersekutu ..

aku ..
senang saat kita diam
kau tampak menahan beban
yang sengaja kau simpan dalam-dalam

aku merasa menang..
aku seperti dalang menang
sebenarnya bukan menang..
sejatinya aku tenang..

aku kau perjuangkan..

terima kasih
aku mengeja kasih sayang ..

1 centi ..

+ Aku sayang kamu ..

- Aku sayang kamu 1 centi lebih tinggi dari sayangmu ke aku.. 


Selasa, 03 November 2015

Pelangi ...



Semalam..
Sebelum kau pergi..
Kau meminta dibuatkan puisi.
Ku tangkap sekilas rasa iri.
Pada puisi yang kubuat terdahulu..

"Kenapa dulu kau bisa membuatkan Ia puisi.
Mana buatku?"

Pagi ini aku menata imajinasi
Kubariskan kata-kata agar rapi
Supaya bisa manis kutulis di sini
Belum kutemukan kunci..

Aduh Sayang,
Rupanya menulis puisi tanpa resah itu susah
Aku tak tahu kenapa?
Kau tahu kenapa??
Begini begini...
Mari pagi ini dengan hujan yang tersisa semalam
Kita duduk dengan kopi..
Aku mau bilang..
Aku susah menemukan resah pagi ini..

Bagaimana bisa kutemukan resah..
Kau tiba..
Jawaban atas pertanyaanku sudah ada di depan mata
Bagaimana aku gundah..
Darahku dilimpahi bahagia membuncah
Tumpah ruah..
Meluap-luap..

Pada waktu lain..
Saat kau ada..
Bahagiaku berubah menjadi tenang..
Riak air hilang, senyap lalu diam.
Keseimbangan.
Dalam..

Kekasihku..
Sayangku ..
Penghapus resahku..
Tak ada yang bisa lagi kutulis di sini..
Kenapa harus iri dengan puisi..

Terima kasih telah datang..
Jalanku berpelangi..

Aku mencintaimu..
Aku telah mencintaimu..
Sangat ...

So...
Let's make it works, Dear!!!








Senin, 26 Oktober 2015

Lemari Rak



Tiap kali manusia bangun dari tidur paginya, saya yakin ada beberapa bangun  dan sadar bahwa hari itu ada banyak persoalan yang akan dihadapi. Ada masalah kantor, teman, pasangan, anak, keuangan, mobil rusak, rumah atau masalah-masalah lainnya. Sebagian dari mereka ada yang bisa sangat santai untuk menghadapinya namun ada pula yang berhari-hari dikurung murung karena memikirkan persoalan yang tengah dihadapi.
Sama seperti yang lain, saya pun mengalami itu. Saya bahkan punya kecenderungan jadi orang yang gampang stress kalau menghadapi masalah, biasanya mood saya seharian bisa jadi jelek dan wajah saya pun cemberut dan galak. Hahaha. Jauh-jauh deh dari saya kalau saya kaya gitu. Tiba-tiba seperti petasan siap meletus aja..
Tapi pagi kemarin dalam perjalanan saya ke bandara Soetta, di bus saya banyak berpikir tentang apa yang saya pikirkan selama ini. Iya, kadang memang manusia perlu sesekali untuk keluar dari hingar-bingar dan duduk diam sendiri untuk melihat sesuatu lebih jernih dan tenang. Begini, saya melist pelan-pelan apa saja yang saat ini jadi pikiran saya. Lalu kemudian saya membayangkan satu-satu apa yang jadi paling saya pikirkan atau risaukan. Mulai terbayang.. Kemudian saya teliti lagi apa yang sebenarnya urgent untuk dipikirkan dalam waktu dekat. Nah, rupanya masalah yang urgent itu justru bukan jadi prioritas pikiran saya. Saya membayangkan dengan tersenyum dan berusaha mengikhlaskan satu demi satu apa yang alami. Mana masalah yang bisa saya berdamailah, mungkin begitu istilahnya.. Saya kemudian baru sadar bahwa apa yang saya risaukan itu adalah masalah yang sebenarnya tidak mempengaruhi hidup saya terlalu besar. Mungkin karena saya mikirnya 'baper' jadinya itu menguasai seluruh emosi dan perasaan. 
Tiba-tiba di imajinasi saya, masalah-masalah itu berubah menjelma menjadi buku-buku yang berjajar di bagian atas rak. Lalu keluar dari dalam rak, melayang dan menata dirinya di bagian-bagian rak lain yang berada lebih bawah daripada posisinya di atas rak yang awal tadi. Saya bisa melihat jelas mana masalah yang pertama mau saya selesaikan, yakni buku yang berada di rak paling atas. Itu yang krusial. Lalu masalah kedua dan ketiga adalah buku-buku yang ada di rak bawahnya. Saya membayangkan itu sekali lagi dengan senyum dan saya agak lebih lega. 
Yup, kadang besar atau kecilnya masalah itu rupanya kita yang mengatur "posisinya". 
Kita yang memilih masalah mana yang seharusnya jadi prioritas atau sebaliknya mana yang diabaikan. 
Bukan berarti masalah akan selesai saat itu juga. 
Hidup jangan diburu-buru. 
Disenyumi saja. 
Diikhlaskan saja.. 


Pasti ada jalan keluar.. 


Sabtu, 24 Oktober 2015

Berkemas ..

mari berkemas..
memasukkan barang-barang..
mengkarduskan kenangan..
luka-luka diperban..

selamat pagi, entah siapa ..

Rabu, 21 Oktober 2015

Sore Yang Rindu

Suatu sore
Di tengah Jakarta
Perempuan itu mengenangmu
Mengenangmu setahun lalu
Mengenang semalam
Mengenang pagi tadi ..

Perempuan itu
Punya beberapa catatan
Berlembar-lembar tentangmu
Kau yang menuntunnya
Mendaraskan jarinya puisi
Satu bait tentang sedih
Bait lainnya tentang senang
Lalu sisanya rindu



 Ia lah perempuan yang takut kehilangan

Kita

Kita
Kadang sejalan
Sering pula tak berkesesuaian

 Kita
Kadang beririsan
Namun tak jarang berada di persimpangan

Kita
Kadang sehati
Berulang kali tak harmoni serasi

Kita
Kadang beriringan
Lalu berujung berselisih paham

Namun tak bertemuTak mengakurkan ..

Kita
Kadang sangat berjalan seirama
Nyatanya tak juga selalu sama
Mungkin memang berbeda
Tak perlu dipaksakan sama
Kelak Ingatlah hari ini

Terakhir kali aku bersandar di lenganmu
Untuk pamit pergi
Agar tidak bertengkar lagi

Kenanganmu kusimpan rapi..