Senin, 26 Oktober 2015

Lemari Rak



Tiap kali manusia bangun dari tidur paginya, saya yakin ada beberapa bangun  dan sadar bahwa hari itu ada banyak persoalan yang akan dihadapi. Ada masalah kantor, teman, pasangan, anak, keuangan, mobil rusak, rumah atau masalah-masalah lainnya. Sebagian dari mereka ada yang bisa sangat santai untuk menghadapinya namun ada pula yang berhari-hari dikurung murung karena memikirkan persoalan yang tengah dihadapi.
Sama seperti yang lain, saya pun mengalami itu. Saya bahkan punya kecenderungan jadi orang yang gampang stress kalau menghadapi masalah, biasanya mood saya seharian bisa jadi jelek dan wajah saya pun cemberut dan galak. Hahaha. Jauh-jauh deh dari saya kalau saya kaya gitu. Tiba-tiba seperti petasan siap meletus aja..
Tapi pagi kemarin dalam perjalanan saya ke bandara Soetta, di bus saya banyak berpikir tentang apa yang saya pikirkan selama ini. Iya, kadang memang manusia perlu sesekali untuk keluar dari hingar-bingar dan duduk diam sendiri untuk melihat sesuatu lebih jernih dan tenang. Begini, saya melist pelan-pelan apa saja yang saat ini jadi pikiran saya. Lalu kemudian saya membayangkan satu-satu apa yang jadi paling saya pikirkan atau risaukan. Mulai terbayang.. Kemudian saya teliti lagi apa yang sebenarnya urgent untuk dipikirkan dalam waktu dekat. Nah, rupanya masalah yang urgent itu justru bukan jadi prioritas pikiran saya. Saya membayangkan dengan tersenyum dan berusaha mengikhlaskan satu demi satu apa yang alami. Mana masalah yang bisa saya berdamailah, mungkin begitu istilahnya.. Saya kemudian baru sadar bahwa apa yang saya risaukan itu adalah masalah yang sebenarnya tidak mempengaruhi hidup saya terlalu besar. Mungkin karena saya mikirnya 'baper' jadinya itu menguasai seluruh emosi dan perasaan. 
Tiba-tiba di imajinasi saya, masalah-masalah itu berubah menjelma menjadi buku-buku yang berjajar di bagian atas rak. Lalu keluar dari dalam rak, melayang dan menata dirinya di bagian-bagian rak lain yang berada lebih bawah daripada posisinya di atas rak yang awal tadi. Saya bisa melihat jelas mana masalah yang pertama mau saya selesaikan, yakni buku yang berada di rak paling atas. Itu yang krusial. Lalu masalah kedua dan ketiga adalah buku-buku yang ada di rak bawahnya. Saya membayangkan itu sekali lagi dengan senyum dan saya agak lebih lega. 
Yup, kadang besar atau kecilnya masalah itu rupanya kita yang mengatur "posisinya". 
Kita yang memilih masalah mana yang seharusnya jadi prioritas atau sebaliknya mana yang diabaikan. 
Bukan berarti masalah akan selesai saat itu juga. 
Hidup jangan diburu-buru. 
Disenyumi saja. 
Diikhlaskan saja.. 


Pasti ada jalan keluar.. 


Sabtu, 24 Oktober 2015

Berkemas ..

mari berkemas..
memasukkan barang-barang..
mengkarduskan kenangan..
luka-luka diperban..

selamat pagi, entah siapa ..

Rabu, 21 Oktober 2015

Sore Yang Rindu

Suatu sore
Di tengah Jakarta
Perempuan itu mengenangmu
Mengenangmu setahun lalu
Mengenang semalam
Mengenang pagi tadi ..

Perempuan itu
Punya beberapa catatan
Berlembar-lembar tentangmu
Kau yang menuntunnya
Mendaraskan jarinya puisi
Satu bait tentang sedih
Bait lainnya tentang senang
Lalu sisanya rindu



 Ia lah perempuan yang takut kehilangan

Kita

Kita
Kadang sejalan
Sering pula tak berkesesuaian

 Kita
Kadang beririsan
Namun tak jarang berada di persimpangan

Kita
Kadang sehati
Berulang kali tak harmoni serasi

Kita
Kadang beriringan
Lalu berujung berselisih paham

Namun tak bertemuTak mengakurkan ..

Kita
Kadang sangat berjalan seirama
Nyatanya tak juga selalu sama
Mungkin memang berbeda
Tak perlu dipaksakan sama
Kelak Ingatlah hari ini

Terakhir kali aku bersandar di lenganmu
Untuk pamit pergi
Agar tidak bertengkar lagi

Kenanganmu kusimpan rapi..