Selasa, 03 November 2015

Pelangi ...



Semalam..
Sebelum kau pergi..
Kau meminta dibuatkan puisi.
Ku tangkap sekilas rasa iri.
Pada puisi yang kubuat terdahulu..

"Kenapa dulu kau bisa membuatkan Ia puisi.
Mana buatku?"

Pagi ini aku menata imajinasi
Kubariskan kata-kata agar rapi
Supaya bisa manis kutulis di sini
Belum kutemukan kunci..

Aduh Sayang,
Rupanya menulis puisi tanpa resah itu susah
Aku tak tahu kenapa?
Kau tahu kenapa??
Begini begini...
Mari pagi ini dengan hujan yang tersisa semalam
Kita duduk dengan kopi..
Aku mau bilang..
Aku susah menemukan resah pagi ini..

Bagaimana bisa kutemukan resah..
Kau tiba..
Jawaban atas pertanyaanku sudah ada di depan mata
Bagaimana aku gundah..
Darahku dilimpahi bahagia membuncah
Tumpah ruah..
Meluap-luap..

Pada waktu lain..
Saat kau ada..
Bahagiaku berubah menjadi tenang..
Riak air hilang, senyap lalu diam.
Keseimbangan.
Dalam..

Kekasihku..
Sayangku ..
Penghapus resahku..
Tak ada yang bisa lagi kutulis di sini..
Kenapa harus iri dengan puisi..

Terima kasih telah datang..
Jalanku berpelangi..

Aku mencintaimu..
Aku telah mencintaimu..
Sangat ...

So...
Let's make it works, Dear!!!