apa yang tak lebih menyenangkan selain saat kita akan bertemu?
aku suka melihatmu diam-diam dari balik kaca jendela rumah kopi.
saat kau menungguku..
aku melihat kau membawa resah.
ada pula gelisah..
tapi aku lebih banyak melihat rindu..
sejenak kuperhatikan lagi..
dari balik kaca jendela rumah kopi
kau mengaduk-aduk cangkirnya
padahal ku tahu gulanya sudah larut pada belasan menit yang lalu..
ah ya ya.. , kau tak sabar rupanya..
tapi aku lebih banyak lagi melihat rindu..
dann..,
ah siaalll kau melihatku ketika aku melihatmu..
ah sial, kenapa kau tersenyum dari balik kaca itu.
hampir saja, dengkulku ngilu..
baiklah aku melangkah menemuimu..
tak lama kita berhadapan..
tersenyum
lalu bertanya kabar..
dasar bodoh.., jelas kau tahu kabarku baik..
tidak pernah sebaik ini bahkan..
lalu kita bicara..
rindu luruh jadi butiran butiran kecil-kecil
lalu rindunya menguap di udara
kita tertawa..
lalu kemudian bicara
berbincang
berpisah.. yang lama..
iya yang lama sekali...
tak bertemu lama lagi..
tak bertanya kabar..
lupa..
kita..
menabung..
untuk kembali rindu..
Sabtu, 07 Juni 2014
surat untuk rumahku ..
surat ini kutujukan untuk rumahku..
rumah yang kutinggalkan dua tahun lalu
sudah lama tak berjumpa
tak bertegur sapa
tak pula menengok
tak pula aku bertanya kabar..
karena memang sangat tak ingin tahu..
rumahku..
pagi ini aku melintas di depanmu.
aku beranikan mata ini menatap
yang ada adalah perih hingga ke pembuluh darah
lalu menusuk hati.
penutup pagar yang mengangga..
debu di garasi..
kandang anjing di teras
sepeda roda tiga anakku..
berserak di depan ..
aku tak bisa bicara..
tercekat..
perih..
pedih..
ngilu..
rumahku..
tumpukan kenangan masa lalu..
jatuhnya sedih
kamarnya lara
tak ada cinta
gudang amarah
jelujur-jelujur dusta
jahitan ketakutan
lembaran trauma
gelap..
suram ..
bukan salahmu,
maka kutinggalkan sedih..
tak ingin ku ingat lagi..
aku meninggalkanmu..
ingkar pada janji bahwa kau dulu akan jadi surgaku..
rumahku, maafkan..
tulus dari hatiku..
sekali lagi maaf, aku meninggalkanmu..
sendiri..
rumah yang kutinggalkan dua tahun lalu
sudah lama tak berjumpa
tak bertegur sapa
tak pula menengok
tak pula aku bertanya kabar..
karena memang sangat tak ingin tahu..
rumahku..
pagi ini aku melintas di depanmu.
aku beranikan mata ini menatap
yang ada adalah perih hingga ke pembuluh darah
lalu menusuk hati.
penutup pagar yang mengangga..
debu di garasi..
kandang anjing di teras
sepeda roda tiga anakku..
berserak di depan ..
aku tak bisa bicara..
tercekat..
perih..
pedih..
ngilu..
rumahku..
tumpukan kenangan masa lalu..
jatuhnya sedih
kamarnya lara
tak ada cinta
gudang amarah
jelujur-jelujur dusta
jahitan ketakutan
lembaran trauma
gelap..
suram ..
bukan salahmu,
maka kutinggalkan sedih..
tak ingin ku ingat lagi..
aku meninggalkanmu..
ingkar pada janji bahwa kau dulu akan jadi surgaku..
rumahku, maafkan..
tulus dari hatiku..
sekali lagi maaf, aku meninggalkanmu..
sendiri..
Langganan:
Postingan (Atom)